Selasa, 29 Juni 2010

KONSULTAN

KONSULTAN

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial, di mana mereka akan selalu berinteraksi satu sama lain. Dari pola interaksi ini tentunya akan menyebabkan terjadinya gesekan-gesekan dalam setiap aktifitas yang mereka jalani. Berawal dari sinilah akan muncul banyak permasalahan hidup yang kompleks, baik yang berhubungan antar individu maupun kelompok dan tentunya hal ini membutuhkan penyelesaian dan jalan keluar. Apalagi di era globalisasi dan pasar bebas ini seseorang dituntut untuk bisa bersaing dengan yang lain. Sehingga untuk memecahkan permasalahan, mereka terkadang membutuhkan pertimbangan ataupun nasehat dari orang lain. Dan berawal dari sinilah banyak muncul jasa konsultan untuk membantu menyelesaikan problematika yang kompleks tersebut.
Jasa konsultan merupakan pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat) profesional dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli atau perkumpulan tenaga ahli, yang tidak disertai dengan keterlibatan langsung para tenaga ahli tersebut dalam pelaksanaannya.
Seorang konsultan biasanya seorang ahli atau profesional dalam bidang tertentu dan memiliki pengetahuan yang luas tentang subjek.. konsultan biasanya bekerja untuk sebuah perusahaan konsultan atau bekerja sendiri, Tiap konsultan memiliki filosofi dan framework yang berbeda satu sama lain. Baik itu konsultan individu maupun konsultan yang tergabung dalam perusahaan jasa konsultan. Namun, secara umum, konsultan melakukan pekerjaan seperti pitching, riset, analisis, dan report writing. Siklus tersebut berjalan terus menerus dan berulang.
Adapun macam-macam konsultan yang banyak muncul diantaranya adalah konsultan keuangan, pajak, arsitektur, manajemen, hukum, pendidikan, bisnis, perkawinan dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam paper yang sederhana ini tidak akan membahas satu persatu jenis konsultan di atas. Melainkan pembahasan kali ini lebih difokuskan pada gambaran konsultan secara umum.



B. Pembahasan

1. Definisi Konsultan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, konsultan ialah ahli yang tugasnya memberi petunjuk, pertimbangan, atau nasihat dalam suatu kegiatan (penelitian, dagang, dsb); penasihat
Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasehat ahli dalam bidang keahliannya, misalnya akuntansi, lingkungan, biologi, hukum, dan lain-lain. Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli 'biasa' adalah sang konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan sang klien, melainkan seseorang yang menjalankan usahanya sendiri atau bekerja di sebuah firma konsultasi, serta berurusan dengan berbagai klien dalam satu waktu. Namun, satu hal yang pasti, konsultan adalah pemecah masalah.

2. Langkah-Langkah Konsultan
a. Mengidentifikasi Masalah.
Kita datang kepada seorang konsultan karena kita memiliki masalah. Untuk masalah fisik, kita pergi ke dokter. Untuk masalah psikis, kita pergi ke psikolog atau psikiater. Untuk masalah hukum, kita mengunjungi ahli hukum. Untuk masalah keuangan, kita pergi ke konsultan keuangan. Jadi, seorang konsultan senantiasa bergelut dengan masalah para pelanggannya.
b. Mendiagnosis Masalah
Kapan masalah muncul, apa saja gejalanya, apa pemicunya, mengapa demikian. Diagnosis menyeluruh secara objektif ini dilakukan untuk mengidentifikasi akar masalah yang dihadapi ”pasien”. Dalam setiap pekerjaan, kita pasti menghadapi masalah. Jika ingin sukses, jangan lari dari masalah tersebut. Jangan pula mencoba untuk menutup-nutupinya. Sebaliknya, tangani masalah dengan sikap seorang konsultan. Diagnosis gejalanya secara menyeluruh untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang dihadapi.


c. Menawarkan Opsi Jalan Keluar.
Jika akar permasalahan sudah berhasil ditemukan, akan lebih mudah bagi seorang konsultan untuk menawarkan opsi jalan keluar ataupun penyembuhan dari masalah yang dihadapi pelanggan. Seorang konsultan yang baik umumnya tidak memaksakan satu opsi jalan keluar. Ia akan membantu pelanggan untuk memilih satu opsi dari beberapa alternatif jalan keluar yang ditawarkan. Tiap alternatif diikuti dengan konsekuensi yang mengikutinya sehingga pelanggan lebih siap untuk memilih yang terbaik. Demikian pula dengan apa yang bisa kita lakukan di tempat kerja. Dalam memikirkan dan menawarkan jalan keluar, kita harus mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dalam tiap solusi agar solusi bisa dijalankan dengan sukses. Jika kita bisa diandalkan untuk memberikan jalan keluar, pasti kita akan mendapat perhatian dan dukungan dari banyak orang untuk meraih sukses. Misalnya, jika kita bergerak di bidang asuransi, tawarkanlah berbagai opsi perlindungan untuk masa depan (perlindungan terhadap kesehatan, hari tua, pendidikan anak). Jika kita bergerak di industri sepatu olahraga, tawarkanlah opsi berolahraga dan bergerak dengan nyaman dan sehat melalui sepatu yang kita produksi. Fokus pada satu keunggulan. Menurut Vince Lombardi, mutu kehidupan seseorang ditentukan oleh kedalaman komitmen orang tersebut pada satu keunggulan, apa pun bidang yang dipilihnya. Demikian pula dengan seorang konsultan. Konsultan mempunyai spesialisasi terhadap satu bidang, dan berusaha menjadi unggul dalam bidang tersebut. Banyak orang sukses yang fokus pada satu keunggulan, sehingga ia menjadi sangat baik pada bidang tersebut. Misalnya: Leonardo da Vinci yang memiliki berbagai talenta, memfokuskan diri untuk unggul pada karya seni. Bagaimana dengan kita? Kita harus segera memutuskan untuk menjadi yang terbaik pada apa pun bidang yang telah kita pilih untuk kita tekuni. Komitmen yang kuat untuk menjadi sangat baik atas apa yang kita kerjakan, dapat menjadi titik yang menentukan untuk meraih sukses dalam hidup kita menjadikan segalanya lebih baik. Walaupun segala sesuatu sudah berjalan baik (tidak ada masalah), bukan berarti tidak ada kesempatan untuk menjadikannya lebih baik, lebih mudah, lebih sederhana, lebih cepat selesai, lebih banyak, lebih unggul dalam kualitas, ataupun lebih praktis. Pada prinsipnya, seorang konsultan diharapkan dapat menawarkan perubahan ke arah yang lebih baik. Bagaimana penerapannya dalam pekerjaan kita sehari-hari? Jangan puas terhadap apa pun yang ada saat ini. Pastikan bahwa kita senantiasa menggulirkan perubahan ke arah yang lebih baik: menjadikan proses kerja lebih cepat, hasil kerja lebih baik, pesanan lebih banyak, keuntungan lebih besar.
3. Prinsip-Prinsip Konsultan
Tidak mudah memang untuk bertindak sebagai seorang konsultan untuk meraih sukses. Seringkali kita cenderung untuk bertindak sebagai seorang ”diktator” yang ingin memaksakan kehendak, dan memfokuskan pada kepentingan sendiri, bukan kepentingan ”pelanggan” yang kita layani. Untuk dapat bertindak sebagai seorang konsultan yang sukses, ada lima prinsip dasar yang bisa kita terapkan, yaitu:
a. Masalah adalah kesempatan.
Mendengar kata masalah saja, banyak orang sudah gemetar. Jika mungkin, banyak orang yang ingin lari saja dari masalah, atau jika masalah tidak terhindarkan, masalah tersebut disembunyikan dari publik. Tidak demikian dengan seorang konsultan. Konsultan bahkan ”hidup” dari masalah. Bagi seorang konsultan, masalah adalah kesempatan yang membuka jalan untuk berbisnis dan meraih sukses. Jadi, ketika menghadapi masalah, seorang konsultan akan tertantang untuk menyelesaikannya. Jika ingin sukses seperti seorang konsultan, jangan takut terhadap masalah.
b. Solusi adalah keunggulan.
Jika masalah adalah kesempatan untuk berbisnis guna meraih sukses, maka bagi seorang konsultan, solusi adalah ”keunggulan” yang bisa ditawarkannya bagi pelanggan. Jadi, solusi memegang peran penting dalam berbinis. Pentingnya peranan sebuah solusi yang ditawarkan, menjadikan seorang konsultan menaruh perhatian besar untuk senantiasa menawarkan solusi yang unggul, yang lebih unggul dari para pesaingnya di industri yang sama. Untuk itu, seorang konsultan bersedia mendedikasikan tenaga, pikiran, dan sarana untuk mendapatkan solusi yang terbaik bagi masalah yang dihadapi oleh pelanggan. Demikian pula dengan kita yang ingin meraih sukses. Kita harus berusaha menawarkan solusi yang terbaik (bukan yang biasa-biasa saja).
c. Pengetahuan adalah aset.
Agar dapat menawarkan solusi yang unggul, diperlukan pengetahuan yang kaya terhadap setiap permasalahan yang dihadapi. Jadi, pengetahuan harus senantiasa di-upgrade (diperbarui, dilengkapi, dan ditingkatkan), agar keunggulan dalam memberikan solusi bisa selalu terjaga.
Bagaimana caranya? Tentu saja dengan pembelajaran berkelanjutan. Banyak yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan pengetahuan, antara lain: bergabung dengan 10% yang terbaik di bidang yang kita tekuni, membaca berbagai jenis bacaan yang langsung terkait dengan bidang kita, menghadiri berbagai diskusi, pelatihan, seminar yang menunjang keahlian kita, ataupun bersikap terbuka untuk belajar dari orang lain.
Semakin banyak pengetahuan kita, semakin luas wawasan kita, semakin tajam analisis kita, maka semakin unggul solusi yang kita tawarkan. Dengan demikian semakin percaya orang lain akan kualitas kita untuk menawarkan solusi.
d. Pertanyaan adalah senjata.
Bagi seorang konsultan yang senantiasa bergelut dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh kliennya, pertanyaan adalah senjata yang ampuh untuk mendapatkan Solusi. Seorang konsultan akan terus bertanya ”Mengapa?” tidak hanya satu kali, tetapi beberapa kali, sampai tidak ada lagi yang bisa dipertanyakan. Setiap pertanyaan membuka kesempatan untuk menemukan alternatif jalan keluar. Pertanyaan bisa ditujukan pada diri sendiri, orang lain, ataupun pelanggan. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini menjadikan segalanya lebih jelas, sehingga lebih mudah untuk menyusun strategi mencari jalan keluar.
Sikap ”ingin tahu” yang melahirkan serentetan pertanyaan perlu kita adopsi untuk melengkapi kita dengan senjata pengetahuan yang unggul.
e. Kepercayaan adalah modal usaha.
Kepercayaan adalah modal utama dari sebuah usaha konsultasi. Tanpa adanya rasa percaya pelanggan pada konsultan, usaha ini akan hancur. Masyarakat akan menghubungi seorang konsultan, karena ada rasa percaya pada konsultan tersebut. Untuk itu, seorang konsultan akan senantiasa memupuk kepercayaan dengan bertindak profesional dan menunjukkan integritas yang tinggi.
Ia tidak akan berbohong hanya untuk mendapatkan uang semata. Ia juga tidak akan mengorbankan kualitas karena mengejar kuantitas ataupun target bisnis semata.
Jika memang ada masalah yang sulit diselesaikannya sendirian, pasti ia akan merekomendasikan klien untuk menghubungi ahli lain yang bisa membantu klien tersebut. Konsistensi dalam perkataan dan perbuatan juga dilakukan untuk memupuk kepercayaan.
Demikian pula dengan kita di tempat kerja. Untuk membuat orang lain mendukung kita, kita perlu menjadikan kepercayaan sebagai modal usaha. Menurut Brian Tracy, seorang konsultan bisnis yang sukses, kita sebaiknya jangan pernah melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak kita yakini sebagai hal yang benar,baik, dan jujur.
Kita juga dianjurkan untuk tidak mengkompromikan integritas kita demi apa pun, dan agar kita bertindak sesuai dengan standar tertinggi yang kita kenal. Jadi, untuk meraih sukses, kita perlu mengambil keputusan untuk secara konsisten menjunjung tinggi integritas kita yang dapat menumbuhkan kepercayaan orang lain.
Apa pun bidang usaha yang kita tekuni, apa pun produk ataupun jasa yang kita tawarkan, kita perlu mengadopsi sikap seorang konsultan dan prinsip dasar yang diterapkannya. Dengan bertindak sebagai seorang konsultan, kita bisa meraih sukses dengan menjadikan produk dan jasa yang kita tawarkan bukan semata sebagai ”barang dagangan”, tetapi sebagai solusi atas masalah yang dihadapi pelanggan.

4. Macam-Macam Konsultan
a) Human Resources (HR) Consulting
Adalah konsultan yang memfokuskan diri pada upaya-upaya untuk memaksimumkan value SDM perusahaan dengan menempatkan the right people with the right skills in the right roles. Hal ini disadari mengingat kini perusahaan banyak berinvestasi pada human capital dan berharap banyak dari investasi tersebut.
Keterlibatan konsultan ini bisa dimulai sejak proses rekrutmen, melakukan training dan development, memberkan jasa konseling, menyusun benefit’s package dan compensation sttructure, membangun kultur dan komunikasi dalam perusahaan, dan sebagainya. Beberapa contoh konsultan bidang ini seperti Hewitt Associates, Towers Perrin, Watson Wyatt Worldwide, dan Mercer HR Consulting.
b) Information Technology (IT) Consulting
American Management Systems, Accenture, Cambridge Technology Partners, Computer Sciences Corporation, dan Electronic Data Systems (EDS) adalah contoh leading IT consulting firms. Mereka menangani permasalahan bisnis yang kental dengan isu-isu teknis dari sistem/teknologi informasi. Mereka bertanggung jawab mulai dari proses analisis, desain, hingga impelementasi sistem, untuk memastikan solusi tersebut align dengan proses bisnis mereka.
Contoh task project yang ditangani oleh IT consulting firms misalnya menguji vulnerability sistem internet banking sebuah bank, instalasi dan troubleshooting modul-modul ERP, menangani konversi database pelanggan ke server berbasis Oracle, dan sebagainya.
c) E-Consulting
Adalah konsultan yang concern pada permasalahan yang terkait dengan e-business dan e-commerce dalam skala yang luas. E-business biasanya me-refer pada kegiatan bisnis yang dijalankan secara online, sementara e-commerce umumnya merupakan kegiatan yang melibatkan transfer unit moneter melalui media elektronik/internet. Beberapa konsultan bidang ini antara lain Digitas, Razorfish, dan Sapient. Mereka memiliki spesialisasi mulai dari front-end design (programming, desain grafis) hingga valuasi, branding, marketing, jasa B2B, dan sebagainya.
d) Boutique Consulting Firms
Umumnya fokus menurut bidang yang ditangani, walaupun tidak selalu kecil menurut ukuran atau jumlah karyawan. Konsultan ini biasanya hanya berfokus pada industri tertentu, fungsi bisnis tertentu, atau menggunakan metodologi tertentu. Perkerjaan yang ditangani pun sangat spesifik, misalkan membantu Departemen BUMN untuk menyusun struktur privatisasi dan membuka tender, melakukan turnaround sebuah perusahaan telekomunikasi yang mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut, atau melakukan process reengineering pada perusahaan otomotif dalam membuat implementasi standar bagi suppliernya.
Beberapa ontoh konsultan ini seperti Charles River Associates (fokus pada bidang ekonomi dan jasa litigasi), L.E.K Consulting (menangani strategi bisnis, merger dan akuisisi), atau Marakon Associates (fokus pada shareholder value methodology).
e) Internal Consulting Firms
Daripada membayar konsultan outsider dengan billing rate mahal, beberapa perusahaan memilih untuk membuka unit konsultan internal. Mereka biasanya disebut “internal consulting” atau, dalam beberapa kasus, “corporate strategy” atau “strategic planning“. Misalnya sebuah perusahaan migas besar ingin meng-hire mitra kerja untuk menangani distribusi dan pemasaran unit hilir dalam jangka panjang, maka konsultan internallah yang menangani masalah semacam itu.
Berbeda dengan konsultan lain, konsultan internal dibayar berdasar gaji (tetap) dan umumnya tidak memerlukan perjalanan luar kota/luar negeri secara intens. Amex mempunyai divisi yang mereka sebut sebagai American Express Strategic Planning Group. Johnson & Johnson punya divisi Decision Sciences Group. JP Morgan Chase menyebutnya JP Morgan Chase Internal Consulting Services.Cargill menyebutnya sebagai Cargill Strategy and Business Development.
.
C. Penutup
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ambil beberapa poin penting:
1. Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasehat dalam bidang keahliannya, misalnya akuntansi, lingkungan, biologi, hukum, pendidikan, arsitektur, perusahaan dan lain-lain.
2. Seorang konsultan merupakan orang yang ahli atau profesional dalam bidang tertentu dan memiliki pengetahuan yang luas tentang subjek.. konsultan biasanya bekerja untuk sebuah perusahaan konsultan atau bekerja sendiri,
3. Ada lima prinsip dasar yang harus dimiliki seorang konsultan, yaitu:
a. Masalah adalah kesempatan
b. Solusi adalah keunggulan.
c. Pengetahuan adalah aset
d. Pertanyaan adalah senjata
e. Kepercayaan adalah modal usaha




Daftar Rujukan

Wibisono, Budi. (2005). Menjadi Konsultan Handal. Jakarta: Rineka Cipta.
Tracy, Brian (2001). Business Development. Canada: Express.
Devas Nick (1999). Financing Local Government, Planning and Administration. Iula: Ohio Univercity.
Johan Arimukti. (2001). Etika Bisnis; Langkah Awal Menuju Kesuksesan. Jakarta: Rajawali Press.
Hadimulyono Siregar. (2002). Tantangan Era Globalisasi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Toha Zaenuddin dkk. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo.

CIRI-CIRI AKSIDENSI

Ciri-ciri Aksidensi

A. Pendahuluan
Aksidensi merupakan bagian dari kategori pengertian. Hal ini mengacu kepada pendapat Aristoteles, bahwa pengertian digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu ‘substansi’ dan ‘aksidensi’.
Menurut Aristoteles, gagasan-gagasan atau konsepsi yang ada dalam pikiran tidak diambil dari alam ide sebagaimana disampaikan Plato, melainkan direkam dari alam nyata, kenyataan empiris yang ditangkap indera. Gagasan atau konsepsi dari alam riil yang direkam indera kemudian diolah dan disusun secara sistematis menurut aturan logis untuk mengungkap gagasan dan kebenaran lain yang lebih tinggi daripada apa yang dicapai indera. Jika dalam pikiran seseorang telah terbentuk konsep-konsep kebenaran, maka dengan silogisme atau aturan logis, akan di temukan kebenaran atau gagasan lain yang tidak dikenal sebelumnya.. Prinsip kerja dari gagasan ini adalah (1) adanya benda-benda alam yang bisa diindera, (2) terjadinya gambaran atau persepsi dalam pikiran, (3) pengungkapan atas gambaran yang ada dalam pikiran tersebut lewat bahasa atau kata.Tentang penentuan apa yang ada yang ditangkap pikiran lewat indera.

B. Pengertian Aksidensi
Substansi adalah pengertian yang menunjuk hal yang adanya pada dirinya sendiri, tidak tergantung pada yang lain diluar dirinya. Aksidensi adalah pengertian yang menunjuk hal yang adanya tidak pada dirinya sendiri melainkan melekat dan sangat bergantung pada substansi.
Aristoteles menyelidiki tentang hakikat ‘Ada’ (Things) ini, ia membedakan bahwa ada itu ada yang primer dan sekunder. ‘Ada’ yang primer disebut dengan ‘substansi’, yaitu sesuatu yang menunjukkan dirinya sendiri dan tidak memerlukan sesuatu yang lain (dalam penunjukkannya). ‘Ada’ yang sekunder disebut dengan ‘aksiden-aksiden’, yaitu suatu hal yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia harus dihubungkan dengan sesuatu yang lain yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, aksiden-aksiden hanya dapat berada dalam suatu substansi dan tidak pernah lepas darinya.

C. Ciri-ciri Aksidensi
Realitas menurut Aristoteles tersusun atas satu substansi dan sembilan aksidensi yang terkenal dengan nama sepuluh kategori (The Categories). Maka sepuluh kategori yang dimaksud adalah 1) Substansi (Substance) 2) Kualitas (Quality) 3) Kuantitas (Quantity) 4) Relasi (Relation) 5) Tempat/Ruang (Place) 6) Waktu (Time) 7) Kedudukan (Position/Posture) 8) Keadaan (State/Clothing) 9) Aktivitas (Activity/Action) 10) Pasifitas (Passivity/Affection). Ciri-ciri aksidensi menurut aristoteles adalah:
1) Merupakan sesuatu yang menjadi sifat khusus dari barang sesuatu.
2) Hal-hal tersebut bersifat material.
3) Hal-hal tersebut mampu bereksistensi.
4) Terkungkung oleh ruang dan waktu.
Berdasarkan ciri diatas maka aksidensi secara garis besar bisa di kategorikan sebagai berikut:
1. Kualitas (Quality)
Kualitas merupakan salah satu bentuk ‘aksiden-aksiden’, yaitu suatu hal yang tidak berdiri sendiri, yang menunjukkan nilai dan potensi dari sesuau substansi yang di tempatinya, sehingga apabila dihubungkan dengan sesuatu yang lain yang berdiri sendiri (substansi) maka nilai atau potensi dari sesuatu itu akan menjadi ciri khusus dari substansi tersebut.Misal: Manusia adalah mahluk yang cerdas. Sifat cerdas akan menjadi ciri khusus dari manusia tersebut.
2. Kuantitas (Quantity)
Kuantitas memberikan sifat khusus pada substansi berupa kapasitas dan jumlah dari sesuatu tersebut. Misal: manusia itu tingginya 180 cm.
3. Relasi (Relation)
Relasi merupakan aksiden yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada substansi yang di lekatinya. Relasi memberikan ciri kusus berupa hubungan atau relasivitas. Misal: Aristoteles lebih muda dari Plato.
4. Tempat / Ruang (Place).
Tempat adalah salah satu bentuk aksiden yang akan memberikan ciri khusus kepada substansinya berupa lokasi atau wilayah. Misal: Plato tinggal di Athena.
5. Waktu (time).
Misal: Seseorang yang hidup pada abad ke 5 SM
6. Kedudukan (Potition/Posture).
Merupakan bentuk aksiden yang memberikan sifat khusus pada substansinya berupa keadaan atau posisi dari sesuatu tersebut. Misal: manusia itu sedang duduk.
7. Keadaan (State).
Misal: anak itu berpakaian.
8. Aktivitas (Activity)
Misal: manusia itu telah memotong sepotong kain.
9. Pasifitas (Pasivity/ Affection)
Misal: Manusia itu dibunuh dengan racun.

D. Kesesatan Aksidensi
Kesesatan ini terjadi jika kita menerapkan prinsip-prinsip umum atau pernyataan umu kepada peristiwa-peristiwa tertentu yang karena keadaanya yang bersifat aksedential menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Contohnya, seseorang member susu dan buah-buahan kepada bayinya meskipun bayi itu sakit, dengan pengrtian bahwa susu dan buah-buahan itu baik bagi bayi, maka si ibu itu melakukan penalaran yang sesat karena aksidensinya. Contoh lain, yaitu makan itu pekerjaan yang baik. Akan tetapi jika kita makan ketika berpuasa, maka penalaran kita sesat karena aksidensi.


DAFTAR PUSTAKA

Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta, Gramedia, 1996), 530.
Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. S. Sumargono, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 1992), 130.
Dardiri, Humaniora, Filsafat dan Logika, (Jakarta, Rajawali, 1985)
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat, 38-9; Copleston, A History of Philosophy, I, 372.

Senin, 07 Juni 2010

KESADARAN TEMATIS DAN NON TEMATIS

PENDAHULUAN

Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada pada ciptaan Tuhan yang lain. Kesadara yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya. Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia.
Manusia dalam melahirkan cinta untuk semua merupakan jawaban untuk eksistensi manusia yang membutuhkan rasa dan sayang dari yang lain. Begitupula, tetang kesadaran merupakan sangat berkaitan dengan manusia bahkan yang membedakan manusia dengan binatang.
Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Manusia dengan dikaruniahi akal budi merpakan mahluk hidup yang sadar dengan drinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta memiliki kesadaran akan jangka hidup yang pendek, akan fakta ia dilahirkan diluar kemauannya dan akan mati diluar keinginannya.
Kesadaran manusia ia akan mati mendahului orang-orang yang disayanginya, atau sebaliknya bahwa yang ia cintai akan mendahuluimya , kesadran akan kesendirian, keterpisahan, akan kelelamahan dalam menghadapi kekuatan alam dan masyarakat. Semuanya kenyataan itu membuat keterpisahan manusia, eksistensi tak bersatunya sebgai penjara yang tak terperikan. Manusia akan menjadi gila bila tak dapat melepaskan diri dari penjara tersebut. (Erich Fromm, The Art of Love)
Kesadaran menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran.
Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi.
Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan.
Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis tersimpan dan dintegrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.
Sartre melihat kesadaran sebagai intensionalitas: kesadaran akan dirinya berada sebagai kesadaran akan sesuatu. Kesadaran: kesadaran-diri
• Kesadaran diri tidak sama dengan pengalaman tentang diri tetapi kehadiran pada dirinya secara non-tematis
• Ada perbedaan antara kesadaran akan sesuatu dan kesadaran diri. Kesadaran diri membonceng pada kesadaran dunia.
• Kesadaran adalah kehadiran pada dirinya.
• Ada kesadaran & ada-nya fenomen (ada begitu saja) à etre-pour-soi & etre-en-soi.


PEMBAHASAN
Kesadaran tematis adalah kesadaran yang entre en soi (ada begitu saja) artinya kesadaran tematis merupakan kesadaran yang timbul karena adanya fenomena yang terjadi pada diri seseorang itu sehingga dapat menterjemahkan fenomena dan menindak lanjuti fenomena, sehingga terbentuk suatu pengertian dari suatu fenomena, seperti contoh kesadaran seseorang terhadap adanya warna merah menyala yang berada tepat dihadapannya sehingga dapat mengalihkan pandangan dan menarik kesimpulan bahwa warna merah menyala itu adalah milik si fulan.
Karena itulah kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian).
Kesadaran non tematis adalah kesadaran yang entre pour soi (ada bagi dirinya) artinya kesadaran ini terbentuk karena sudah menjadi identitas dalam mahluk, ini menunjukkan bahwa kesadaran akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not what it is.
Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Misalkan dalam contoh kehidupan sehari-hari, sebuah insting seekor anak sapi yang baru lahir dalam beberapa jam langsung bias berdiri dan berjalan, dengan instingnya dia langsung menuju keinduknya dan mencari susu pada induknya, ini sangat berbeda dengan manusia yang baru melahirkan, seorang manusia yang baru lahir tidak bisa langsung berdiri dan berjalan menuju ibunya untuk mencari air susu, tetapi insting ibunyalah yang memberikan susu kepada anaknya, ini berarti bahwa antara manusia dan hewan mempunyai insting yag berbeda. Dan inilah yang membedakan anatara makhluq satu dengan yang lainnya.
Jadi terlihat jelas perbedaan antara kesadaran tematis dan kesadaran non tematis, dapat dilihat dari adanya rangsang atau tanpa adanya rangsang yang mempengaruhi kesadaran itu.