Sabtu, 25 Januari 2014

Motivasi Belajar

A.    PENDAHULUAN

            Banyak faktor yang seringkali dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan. Salah satunya adalah dengan melihat keberhasilan proses belajar-mengajar dalam mencapai tujuannya. Faktor lain yang sangat berperan saat ini adalah motivasi seorang peserta didik dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk memulai sebuah proses belajar mengajar.
            Hubungannya dengan motivasi, hal itu sangat sering kita jumpai terutama dalam lingkup perkuliahan. Seperti yang ada pada kenyataan sekarang ini bahwasannya kebanyakan alasan seorang mahasisiwa datang ke ruang perkuliahan itu hanyalah untuk sekedar mengisi daftar kehadiran atau absensi. Terlebih bagi mata kuliah yang menurut mereka tidak sejalan dengan program studi yang mereka tekuni, secara otomatis dengan sendirinya mereka justru menganggap remeh mata kuliah tersebut.
            Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan tentunya banyak sekali metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada kancah lingkungan pendidikan terutama bagi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi seorang peserta didik. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu dengan cara guru harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau metode mengajar.
            Namun tidak semua metode yang digunakan itu selalu berdampak positif terhadap pola pembelajaran peserta didik yang kita hadapi karena seperti kita ketahui bahwa setiap peserta didik itu mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam menentukan metode yang nanti akan kita gunakan hendaknya harus sesuai juga dengan materi yang kita ajarkan karena hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar seorang peserta didik. Seperti halnya yang diungkap oleh Sutama (2000) tentang peningkatan efektifitas belajar melalui gaya mengajar menyimpulkan bahwa dalam penyampaian materi pelajaran, seorang guru harus bisa menentukan metode apa yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga prestasi belajar siswa akan tercapai sesuai tujuan.
Dengan demikian peran seorang guru dalam mengembangan pola pikir peserta didiknya menjadi sorotan utama dalam rangka menuju wadah moral pendidikan yang diidamkan oleh kita semua. Untuk itu kita sebagai calon pendidik bangsa perlu menekankan penggunaan metode pengajaran yang tepat sesuai dengan minat serta bakat peserta didik kita kelak.

B.     PEMBAHASAN

1.      Ayat-ayat  dan Hadits Tentang Motivasi Belajar

a.       Q.S Az Zumar ayat 9

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Artinya :
Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui hanya orang-orang yang berilmulah (ulul albab) yang mengetahui.[1]

b.      Q.S Al Mujadalah ayat 11
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang menpunyai ilmu beberapa derajat.[2]
            Sebagaimana yang dijelaskan dalam kedua ayat tersebut, betapa pentingnya menuntut ilmu (belajar) tersebut. Dalam agama Islam, seorang muslim tidak hanya ditekankan untuk mempelajari pelajaran agama saja, mempelajari ilmu pengetahuan lainnya seperti halnya sains, matematika, ekonomi, dsb juga dianjurkan.
Untuk menjalani hal tersebut tidak luput dengan adanya motivasi. Bill Gates pernah mengatakan “adalah baik untuk merayakan kesuksesan, tapi adalah penting untuk mengambil pelajaran dari kegagalan”. Disinilah pentingnya peranan motivasi dalam belajar. Motivasi merupakan pendorong yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan tindakan, motivasi akan menjadi mesin penggerak untuk mencapai tujuan belajar,  Hal ini menegaskan bahwa motivasi adalah satu faktor penting untuk keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu tindakan, termasuk dalam belajar di sekolah.
c.       Hadits Riwayat Abu Daud, Tarmidzi, dan Ibn Majah

قال رسول الله ص م : فضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر النجوم, وإن العلماء ورثه الأنبياء.......الخ   ( رواه أبو داود والترمذى وأبن ماجه)
Artinya :
Dari Abuddarda’ ra. Ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Keutamaan orang yang berilmu terhadap orang yang (ahli) beribadah, ibarat keistimewaan bulan terhadap seluruh bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu adalah yang mewarisi para Nabi. Dan bahwa para Nabi itu tidak mewariskan uang dinar, tidak pula uang dirham. Mereka (para Nabi) itu hanyalah mewariskan ilmu pengetahuan. Maka siapa saja yang mengambil ilmu itu, berarti ia telah mengambil bagian yang (banyak) sempurna.” (HR. Abu Daud, Tarmidzi dan Ibnu Majah)[3]
Hadîts riwayat Abu Daud, At-Turmudzi dan Ibnu Majah ini menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang (ahli) beribadah diibaratkan seperti keutamaan bulan dibandingkan dengan keutamaan seluruh bintang-bintang. Hal ini dapat kita saksikan jika malam hari telah tiba di langit terdapat bulan dan juga bintang-bintang, maka bintang-bintang yang sebanyak itu tidak dapat memberi sinar yang menerangi bumi kita ini. Berbeda dengan bulan apalagi bulan purnama yang sinarnya dapat dinikmati seluruh umat manusia dipermukaan bumi ini.
Penulis berpendapat, orang yang berilmu dapat memberikan sinar cemerlang bagi orang-orang yang ada disekitarnya. Yaitu berupa keterangan-keterangan, nasihat-nasihat serta saran-saran yang sangat berharga bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Orang yang ahli ibadah tanpa didasari dengan ilmu kemungkinan ibadahnya itu tidak benar dan tidak dapat diterima di sisi Allah SWT. Selain itu orang tersebut tidak dapat memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan mengenai apa yang ia kerjakan. Sesuai dengan sebuah syair yang sangat terkenal yang berbunyi “Setiap orang yang beramal tanpa didasari dengan ilmu maka amalan-amalannya itu ditolak dan tidak diterima.
Dari uraian hadîts tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa ilmu merupakan hal yang sangat penting untuk dituntut. Karena manfaatnya bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk kepentingan orang banyak dan bahkan untuk kemaslahatan umat. Sesuai dengan hadits yang begitu populer : خير الناس ينفعهم للناس  (sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain).

2.      Pengertian Motivasi dan Belajar
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik dengan mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan mengembangkan dirinya.
Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, menguraikan, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah. Aktivitas siswa seperti yang telah disebutkan apabila tidak didasari oleh motivasi belajar, maka hasil yang diharapkan belum maksimal. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya dorong yang menggerakan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya.
a.       Belajar
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992: 3).[4]

Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,2002 :280). Djamarah mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah,1991:19-21).[5]
 Sedangkan menurut Slameto belajar adalah ”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya.
b.      Motivasi         
Secara etimologis; kata motivasi berasal dari kata motiv, yang artinya dorongan, kehendak, alasan, atau kemauan. Maka, motivasi adalah tenaga-tenaga (forces) yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan individu. Motivasi bukanlah tingkah laku, melainkan kondisi internal yang komplek, dan tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi mempengaruhi tingkah laku. Kita dapat menafsirkan motivasi berdasarkan pada tingkah lakunya, baik yang bersifat verbal maupun non verbal.[6]
            Menurut rumusan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama; bahwa “motivasi” adalah usaha yang disadari oleh pihak guru, untuk menimbulkan motiv-motiv pada diri murid, yang menunjang kegiatan ke arah tujuan belajar.[7]        
Sedangkan menurut Jhon W. Satrock  motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan prilaku. Artinya prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.[8]
Istilah motivasi menunjukkan kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu diman sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.[9] 
                 Menurut McDoanald, motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.[10]
Perumusan ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan sebagai berikut:
1)      Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
2)      Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal).
Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasan emosi ini menimbulkan ke lakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin disadari, mungkin tidak. Kita dapat mengamatinya pada perbuatan. Misalnya si A terlibat dalam suatu diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan , dia akan berbicara dengan kata-kata dan suara yan lancar dan cepat.
3)      Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respons yang tertuju ke arah satu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah pencapaian tujuan. Misalnya si A ingin mendapat hadiah, maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, mengikuti tes, dsb.
            Secara keseluruhan, motivasi yang terlahir karena faktor internal mungkin lebih baik daripada faktor eksternal, karena sumber motivasi eksternal tersebut cenderung bersifat sementara. Akibatnya, orang-orang yang terutama termotivasi secara eksternal sepertinya kehilangan motivasinya ketika sumber –sumber penghargaan eksternal menurunb atau hilang.[11]
Motivasi ada dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri. Pada dasarnya dari kedua jenis motivasi ini motivasi ini dua-duanya memegang peranan penting, karena keduanya saling terkait satu sama lain. 
Seperti kita ketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru merupakan suatu hal yang perlu dan wajar.[12]
Dalam dunia pendidikan, motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses yang bersifat: (1) membawa anak didik ke arah pengalaman belajar yang terjadi, (2) menimbulkan tenaga dan aktifitas anak, dan (3) memusatkan perhatian mereka pada suatu arah dan pada suatu waktu.
c.       Komponen Motivasi
1)      Komponen Dalam (inner component)
Komponen dalam adalah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak merasa puas, ketegangan psikologis.
2)      Komponen Luar (outer component)
Komponen luar adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya.


Jadi komponen dalam itu adalah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai. Guru sering kali menggunakan insentif untuk memberi motivasi kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Insentif akan bermanfaat jika mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasaan terhadap kebutuhan psikologis anak. Itu sebabnya guru harus kreatif dan imajinatif  dalam menyediakan insentif yang tepat.

3.       Jenis Jenis Motivasi Belajar

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:

a.       Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1)      Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
2)      Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.
b.      Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis dalam sardiman:
1)      Motif atau kebutuhan organismisalnya, kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
2)      Motof-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
3)      Motif-motif objektif
c.       Motivasi jasmani dan rohani
1)      Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.
2)      Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.[13]
 
d.      Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

1)      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misal; siswa mungkin belajar mengahadapi ujian karena dia senang pada pelajaran yang diujikan.[14]
Sedangkan Syaiful B.Djamarah, menjelaskan motivasi intrinsik adalah motif-motif yan menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakuka sesuatu. Motivasi intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak-anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dsb.[15]
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna baik waktu sekarang maupun akan datang.
Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menadi orang yang terdidik, yang berpengatahuan, yang memiliki kemampuan tertentu. Gemar belajar adalah akatifitas yang itidak pernah sepi dari kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orag yang terdidik dan berilmu pengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujujan esensial, bukan sebagai atribut dan seremonial.


2)      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh intensif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Contoh; siswa mungkin akan belajar keras dan giat karena menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.[16]
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik adlah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (reside in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dsb (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:117).[17]
Motivasi ekstrinsik bukan berarti tidak dibutuhkan dalam dunia pendidikan, motivasi ini diperlukan agar anak didik mau belajar. Guru yang pandai adalah guru yang bisa membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagi bentuknya. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya, motivasi ini sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua.
4.      Fungsi Motivasi dalam Belajar

a.       Motivasi sebagai Pendorong Perbuatan.
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu.
Sikap inilah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya dilakukan anak didik dalam rangka belajar.
b.      Motivasi sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian menjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses  dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya.
c.       Motivasi sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tetentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu.
Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar inilah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan penuh ketekunan dan kosentrasi dalam belajar sehingga tujuan untuk mencari sesuatu yang ingin diketahui/dimengerti itu dapat tercapai.
Segala sesuatu yang mengangu pikirannya dan dapat membuyarkan kosentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.   
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para siswanya. Ia harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta menolong para siswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.


Tiap guru berusaha memotivasi semua siswa dengan teknik yang sama sehingga mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu, guru perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motif ini. Suatu teori menyatakan bahwa pemberian motivasi berhasil harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu.
Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang beprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal.

5.      Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

a.       Mengajar dengan Menggunakan Pembelajaran yang Komunikatif dan Kreatif
Dalam hal ini kemampuan guru ketika menggunakan media pembelajaran sangat penting. Proses pembelajaran tidak boleh monoton tapi harus kreatif. Menggunakan media pembelajaran harus yang baik, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini tentunya guru haru selalu senantiasa melakukan pengembangan diri, dengan berbagai hal seperti seminar, maupun pelatihan-pelatihan.
b.      Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.

c.       Menggunakan Metode yang Bervariasi.
 
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
d.      Memberikan Reward (Hadiah) atau Pujian
Sebuah perilaku yang dimunculkan siswa atas hasil yang diperoleh perlu mendapatkan respon dari seorang pengajar. Respon ini biasanya dalam bentuk reward (hadiah) kepada siswa yang menunjukkan perubahan perilaku dalam belajar.
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa. Reward ini jangan sampai yang berlebihan, karena kalau berlebihan bisa menimbulkan kecemburuan sosial diantara para siswa.
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pujian yang diberikan harus bersifat membangun.
Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi  belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri, karena dengan pujian tersebut siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
e.       Kompetisi
Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.

f.       Memberikan Hukuman

Selain memberikan hadiah kepada siswa, ada kalanya seorang guru juga perlu memberikan hukuman. Namun di sini guru harus hati-hati, usahakan hukuman yang di berikan adalah hukuman yang mendidik, karena kalau tidak bisa-bisa motivasi belajar siswa malah menurun. Hal semacam ini banyak sekali terjadi di lapangan, yang mana seorang guru memberikan hukuman dengan berlebihan, akibatnya siswa semakin benci dengan guru dan motivasi belajar-Nya menurun drastis.
g.      Memberikan Nilai Secara Objektif
Sering kali kita mungkin menemui beberapa siswa yang komplin kepada guru karena ternyata nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan padahal mereka sangat yakin selama ini sudah melakukan yang terbaik dan berusaha melakukan belajar secara benar. Jika hal ini terjadi biasanya minat dan motivasi belajar siswa bisa menurun yang akhirnya berdampak pada prestasi belajar mereka.
Nilai (angka) dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
h.      Memberikan Kesempatan Siswa untuk Memperbaiki Kesalahan
Banyak kita melihat di lapangan kadang ada beberapa oknum guru yang yang memberikan stigma buruk pada salah seorang siswa hanya gara-gara siswa tersebut melakukan kesalahan yang entah di sengaja atau tidak menyinggung perasaan serorang guru. Hal ini sebisa mungkin harus di hindari karena jika tidak siswa akan mengalamai patah semangat dalam belajar.
 
i.        Membantu Permasalahan Siswa
Setiap siswa pasti akan senang jika ada guru yang dengan tangan terbuka mau membantu mereka keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. Kita sebagai guru sadar bahwa siswa pasti memiliki berbagai macam permasalahan, baik itu masalah pribadi, sosial, karier maupun belajar. Jadi kapanpun siswa membutuhkan kita, sebagai seorang guru kita harus siap untuk mereka.
Selain itu, guru juga harus berperan dalam membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk menyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan.
j.        Keteladanan
Keteladanan ini bisa dibilang sangat efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Kebanyakan dari siswa tentu lebih menyukai seorang guru yang terbukti memiliki motivasi di bandingkan dengan guru yang bisanya hanya bercerita tapi belum terbukti hasilnya. Dari itulah perjalan hidup seorang guru bisa menjadi senjata ampuh dalam meningkatkan motivasi belajar para siswa.

6.    Motivasi Belajar Bagi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Sebagian besar anak didik aktif belajar bersama dan sebagian kecil anak didik dengan berbagai sikap dan prilaku yang terlepas dari kegiatan belajar di kelas. Kedua kegiatan anak didik yang bertentangan ini sebagai gambaran suasana kelas yang kurang kondusif. Guru tidak harus tinggal diam bila ada anak didik yag tidak terlibat langsung dalam belajar bersama. Perhatian harus lebih diarahkan kepada mereka. Usaha perbaikan harus dilaksanakan agar mereka bergairah belajar.
Menurut De Decce  dan Grawford (1974) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu (1) guru harus dapat menggairahkan anak didik, (2) memberikan harapan yang realistis, (3) memberikan insentif, dan (4) mengarahkan prilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.     
Berikut adalah upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar:
a.       Pergunakan Pujian Verbal
Penerimaan sosial yang mengikuti suatu tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi alat yang cukup dapat dipercaya untuk mengubah prestasi ke arah yang diinginkan. Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru kepada siswa setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
b.      Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa belajar karena ada keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi siswa untuk belajar.
c.       Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru merupakan desakan eksploratif dari dalam diri siswa. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
d.      Melakukan Hal yang Luar Biasa
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka, sehingga setelah mendengar cerita dari guru siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Melakukan hal yang luar biasa merupakan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
e.       Merangsang Hasrat Siswa
Hasrat siswa perlu dirangsang dengan memberikan sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan lain-lain yang akan merangsang hasrat siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
f.       Memanfaatkan Apersepsi Siswa
Pengalaman siswa baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Siswa mudah menerima dan menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang memudahkan untuk menuju materi pelajaran yang baru.
g.      Minta Kepada Siswa untuk Mempergunakan Hal-hal yang Sudah
Dipelajari Sebelumnya
Hal ini menguatkan belajar siswa dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada diri siswa, bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang akan datang.
h.      Membantu Kesulitan Belajar Peserta Didik, Baik Secara Individual
Maupun Kelompok.
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan.
i.        Menggunakan Metode yang Bervariasi.
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
j.        Perkecil Daya Tarik Sistem Motivasi yang Bertentangan
Kadang agar diterima oleh teman-temannya, siswa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh siswa yang lain di kelas itu, dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran ilmiah, dan sebagainya) sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal yang positif.
Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang bersumber dari luar diri siswa sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain. Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Siswa dapat tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya menopang keberhasilan pengajaran yang gemilang.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.
Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental siswa dalam belajar.
Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam belajar. Dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar.
Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan berbagai upaya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

C.    PENUTUP

Secara etimologis; kata motivasi berasal dari kata motiv, yang artinya dorongan, kehendak, alasan, atau kemauan. Maka, motivasi adalah tenaga-tenaga (forces) yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan individu. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, menguraikan, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah. Aktivitas siswa seperti yang telah disebutkan apabila tidak didasari oleh motivasi belajar, maka hasil yang diharapkan belum maksimal.
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya dorong yang menggerakan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku siswa untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan yang diinginkannya.
Firman Allah swt:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
(Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang menpunyai ilmu beberapa derajat).

Jenis-jenis Motivasi
1.      Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya: (a) motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, dan (b) motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.
2.      Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis dalam sardiman: (a) motif atau kebutuhan organis, (b) motif-motif darurat, dan (c) motif-motif objektif.
3.      Motivasi jasmani dan rohanim: (a) motivasi jasmani, dan (b) motivasi rohani.
4.      Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik: (a) motivasi Intrinsik dan (b) motivasi Ekstrinsik

Fungsi Motivasi dalam Belajar
1.      Motivasi sebagai pendorong perbuatan
2.      Motivasi sebagai penggerak perbuatan
3.      Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Daftar Rujukan

Q.S Azzumar : ayat 9
Q.S Almujadalah : ayat 11
H.R Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama. 1984/1985. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta; Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tingi Agama (IAIN).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru.
McDonald, 1959. Educational Psychology. San Fransisco: Wadswerth Publishing Company, Inc.
Shalahuddin, Mahfud. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Stenberg, Robert J. & Elena L.Grigorenko. 2007.  Teachin g for Succesful Intelligence. California: Corwin Press.
Satrock, Jhon W. 2008. Educational Psychology. McGraw-Hill Company, Inc.
http://wwhttp://kris-smile.blogspot.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html.di akses tanggal 23/12/13


[1] Q.S Az-zumar: 9
[2] Q.S Al-Mujadalah: 11
[3] H.R Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah
[5] Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 1991. Hlm: 19-21
[6] Drs. Mahfud Shalahuddin. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Hlm: 113-114
[7] Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama. 1984/1985. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta; Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tingi Agama (IAIN)
[8] Jhon W. Satrock. 2008. Educational Psychology. McGraw-Hill Company, Inc. Hlm: 510
[9] Dr.Oemar Hamalik.1992.Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung:CV. Sinar Baru. Hlm;173.
[10] McDonald. 1959. Educational Psychology. San Fransisco: Wadswerth Publishing Company, Inc
[11] Robert J. Stenberg & Elena L.Grigorenko. 2007.  Teachin g for Succesful Intelligence. California: Corwin Press. Hlm: 142
[12] Max Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press. Hlm: 68
[14] Jhon W. Satrock. Ibid.
[15] Syaiful Bahri Djamarah. Ibid.
[16] Jhon W. Satrock. ibid
[17] Syaiful Bahri Djamarah. ibid.