A.
PENDAHULUAN
Banyak
faktor yang seringkali dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan. Salah
satunya adalah dengan melihat keberhasilan proses belajar-mengajar dalam
mencapai tujuannya. Faktor lain yang sangat berperan saat ini adalah motivasi
seorang peserta didik dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk memulai sebuah
proses belajar mengajar.
Hubungannya
dengan motivasi, hal itu sangat sering kita jumpai terutama dalam lingkup
perkuliahan. Seperti yang ada pada kenyataan sekarang ini bahwasannya
kebanyakan alasan seorang mahasisiwa datang ke ruang perkuliahan itu hanyalah
untuk sekedar mengisi daftar kehadiran atau absensi. Terlebih bagi mata kuliah
yang menurut mereka tidak sejalan dengan program studi yang mereka tekuni,
secara otomatis dengan sendirinya mereka justru menganggap remeh mata kuliah
tersebut.
Dalam
usaha pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan tentunya banyak sekali
metode-metode pembelajaran yang diterapkan pada kancah lingkungan pendidikan
terutama bagi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi seorang
peserta didik. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu dengan cara guru
harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau metode mengajar.
Namun
tidak semua metode yang digunakan itu selalu berdampak positif terhadap pola
pembelajaran peserta didik yang kita hadapi karena seperti kita ketahui bahwa
setiap peserta didik itu mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Dalam menentukan metode yang nanti akan kita gunakan hendaknya
harus sesuai juga dengan materi yang kita ajarkan karena hal tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar seorang peserta didik. Seperti
halnya yang diungkap oleh Sutama (2000) tentang peningkatan efektifitas belajar
melalui gaya mengajar menyimpulkan bahwa dalam penyampaian materi pelajaran,
seorang guru harus bisa menentukan metode apa yang tepat sesuai dengan materi
yang akan disampaikan sehingga prestasi belajar siswa akan tercapai sesuai
tujuan.
Dengan demikian peran seorang guru dalam
mengembangan pola pikir peserta didiknya menjadi sorotan utama dalam rangka
menuju wadah moral pendidikan yang diidamkan oleh kita semua. Untuk itu kita
sebagai calon pendidik bangsa perlu menekankan penggunaan
metode pengajaran yang tepat sesuai dengan minat serta bakat peserta didik kita
kelak.
B.
PEMBAHASAN
1.
Ayat-ayat dan Hadits Tentang Motivasi Belajar
a.
Q.S Az Zumar ayat 9
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Artinya :
Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui hanya orang-orang yang berilmulah (ulul
albab) yang mengetahui.[1]
b. Q.S Al Mujadalah ayat 11
يَرْفَعِ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang
yang menpunyai ilmu beberapa derajat.[2]
Sebagaimana
yang dijelaskan dalam kedua ayat tersebut, betapa pentingnya menuntut ilmu
(belajar) tersebut. Dalam agama Islam, seorang muslim tidak hanya ditekankan
untuk mempelajari pelajaran agama saja, mempelajari ilmu pengetahuan lainnya seperti
halnya sains, matematika, ekonomi, dsb juga dianjurkan.
Untuk menjalani hal tersebut tidak luput
dengan adanya motivasi. Bill Gates pernah
mengatakan “adalah baik untuk merayakan
kesuksesan, tapi adalah penting untuk mengambil pelajaran dari kegagalan”. Disinilah
pentingnya peranan motivasi dalam belajar. Motivasi merupakan pendorong
yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan tindakan, motivasi akan menjadi mesin penggerak untuk mencapai tujuan
belajar, Hal ini menegaskan
bahwa motivasi adalah satu faktor penting untuk keberhasilan seseorang dalam
melakukan suatu tindakan, termasuk dalam belajar di sekolah.
c. Hadits Riwayat Abu Daud, Tarmidzi, dan Ibn Majah
قال
رسول الله ص م : فضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر النجوم, وإن العلماء
ورثه الأنبياء.......الخ ( رواه أبو داود
والترمذى وأبن ماجه)
Artinya :
Dari Abuddarda’ ra. Ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Keutamaan orang yang berilmu terhadap orang yang (ahli) beribadah,
ibarat keistimewaan bulan terhadap seluruh bintang. Dan
sesungguhnya para ulama itu adalah yang mewarisi para Nabi. Dan bahwa para Nabi
itu tidak mewariskan uang dinar, tidak pula uang dirham. Mereka (para Nabi) itu
hanyalah mewariskan ilmu pengetahuan. Maka siapa saja yang mengambil ilmu itu,
berarti ia telah mengambil bagian yang (banyak) sempurna.” (HR. Abu Daud,
Tarmidzi dan Ibnu Majah)[3]
Hadîts
riwayat Abu Daud, At-Turmudzi dan Ibnu Majah ini menjelaskan keutamaan orang
yang berilmu dibandingkan dengan orang yang (ahli) beribadah diibaratkan
seperti keutamaan bulan dibandingkan dengan keutamaan seluruh bintang-bintang.
Hal ini dapat kita saksikan jika malam hari telah tiba di langit terdapat bulan
dan juga bintang-bintang, maka bintang-bintang yang sebanyak itu tidak dapat
memberi sinar yang menerangi bumi kita ini. Berbeda dengan bulan apalagi bulan
purnama yang sinarnya dapat dinikmati seluruh umat manusia dipermukaan bumi
ini.
Penulis berpendapat, orang yang
berilmu dapat memberikan sinar cemerlang bagi orang-orang yang ada
disekitarnya. Yaitu berupa keterangan-keterangan, nasihat-nasihat serta
saran-saran yang sangat berharga bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Orang
yang ahli ibadah tanpa didasari dengan ilmu kemungkinan ibadahnya itu tidak
benar dan tidak dapat diterima di sisi Allah SWT. Selain itu orang tersebut
tidak dapat memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan mengenai apa yang
ia kerjakan. Sesuai dengan sebuah syair yang sangat terkenal yang berbunyi “Setiap
orang yang beramal tanpa didasari dengan ilmu maka amalan-amalannya itu ditolak
dan tidak diterima”.
Dari
uraian hadîts tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa
ilmu merupakan hal yang sangat penting untuk dituntut. Karena manfaatnya bukan
hanya untuk diri sendiri melainkan untuk kepentingan orang banyak dan bahkan
untuk kemaslahatan umat. Sesuai dengan hadits yang
begitu populer : خير الناس ينفعهم للناس (sebaik-baik
manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain).
2.
Pengertian Motivasi dan Belajar
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik dengan mempelajari keterampilan dan pengetahuan
tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan
kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun mengembangkan kemampuan dan sikap
pribadi yang dapat digunakan mengembangkan dirinya.
Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif
melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, menguraikan, menggabungkan,
menyimpulkan dan menyesuaikan masalah. Aktivitas siswa seperti yang telah
disebutkan apabila tidak didasari oleh motivasi belajar, maka hasil yang
diharapkan belum maksimal. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya
dorong yang menggerakan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang
dan segala kekuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari
keinginan memenuhi kebutuhannya.
a.
Belajar
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai
suatu proses yang
memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari
terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah
laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya
perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992: 3).[4]
Belajar adalah suatu proses yamg ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu
(Sudjana,2002 :280). Djamarah
mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan
sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah,1991:19-21).[5]
Sedangkan menurut Slameto belajar adalah ”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”
(Slameto, 2003 : 2).
Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat dari
bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya.
b. Motivasi
Secara etimologis; kata motivasi berasal dari kata motiv,
yang artinya dorongan, kehendak, alasan, atau kemauan. Maka, motivasi adalah
tenaga-tenaga (forces) yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan
individu. Motivasi bukanlah tingkah laku, melainkan kondisi internal yang
komplek, dan tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi mempengaruhi
tingkah laku. Kita dapat menafsirkan motivasi berdasarkan pada tingkah lakunya,
baik yang bersifat verbal maupun non verbal.[6]
Menurut rumusan Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama; bahwa “motivasi” adalah usaha yang
disadari oleh pihak guru, untuk menimbulkan motiv-motiv pada diri murid, yang
menunjang kegiatan ke arah tujuan belajar.[7]
Sedangkan menurut Jhon W. Satrock motivasi adalah proses yang memberi semangat,
arah dan kegigihan prilaku. Artinya prilaku yang termotivasi adalah prilaku
yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.[8]
Istilah motivasi menunjukkan kepada semua gejala yang
terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu diman sebelumnya
tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa
dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif di luar diri individu atau
hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses
membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.[9]
Menurut McDoanald, motivation is
a energy change within the person characterized by affective arousal and
anticipatory goal reactions”. Motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan.[10]
Perumusan ini mengandung tiga unsur yang
saling berkaitan sebagai berikut:
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari
perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis dalam
organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan
menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi yang tidak
diketahui.
2)
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective
arousal).
Mula-mula merupakan ketegangan psikologis,
lalu merupakan suasana emosi. Suasan emosi ini menimbulkan ke lakuan yang
bermotif. Perubahan ini mungkin disadari, mungkin tidak. Kita dapat
mengamatinya pada perbuatan. Misalnya si A terlibat dalam suatu diskusi. Karena
dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan , dia akan berbicara
dengan kata-kata dan suara yan lancar dan cepat.
3)
Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan.
Pribadi yang bermotivasi mengadakan
respon-respons yang tertuju ke arah satu tujuan. Respon-respon itu berfungsi
mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.
Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah pencapaian tujuan. Misalnya si A
ingin mendapat hadiah, maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca
buku, mengikuti tes, dsb.
Secara keseluruhan,
motivasi yang terlahir karena faktor internal mungkin lebih baik daripada
faktor eksternal, karena sumber motivasi eksternal tersebut cenderung bersifat
sementara. Akibatnya, orang-orang yang terutama termotivasi secara eksternal
sepertinya kehilangan motivasinya ketika sumber –sumber penghargaan eksternal
menurunb atau hilang.[11]
Motivasi
ada dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri, sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri. Pada dasarnya dari
kedua jenis motivasi ini motivasi ini dua-duanya memegang peranan penting,
karena keduanya saling terkait satu sama lain.
Seperti kita ketahui, motivasi belajar pada siswa tidak
sama kuatnya. Pada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan
belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya.
Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan
untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian,
di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama
pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan meningkatkan
motivasi belajar, khususnya oleh guru merupakan suatu hal yang perlu dan wajar.[12]
Dalam dunia pendidikan, motivasi dapat dilihat
sebagai suatu proses yang bersifat: (1) membawa anak didik ke arah pengalaman
belajar yang terjadi, (2) menimbulkan tenaga dan aktifitas anak, dan (3)
memusatkan perhatian mereka pada suatu arah dan pada suatu waktu.
c.
Komponen Motivasi
1) Komponen Dalam (inner component)
Komponen dalam adalah perubahan di dalam diri seseorang,
keadaan tidak merasa puas, ketegangan psikologis.
2) Komponen Luar (outer component)
Komponen luar adalah apa yang diinginkan seseorang,
tujuan yang menjadi arah kelakuannya.
Jadi komponen dalam itu adalah kebutuhan-kebutuhan
yang hendak dipuaskan sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak
dicapai. Guru sering kali menggunakan insentif untuk memberi motivasi kepada
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Insentif akan bermanfaat jika
mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasaan terhadap kebutuhan psikologis
anak. Itu sebabnya guru harus kreatif dan imajinatif dalam menyediakan insentif yang tepat.
3.
Jenis Jenis Motivasi Belajar
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi
itu sangat bervariasi yaitu:
a.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1)
Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa
sejak lahir
2) Motif-motif
yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.
b.
Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan
marquis dalam sardiman:
1) Motif atau
kebutuhan organismisalnya, kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan
lain-lain.
2)
Motof-motif darurat misalnya, menyelamatkan
diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
3)
Motif-motif objektif
c.
Motivasi jasmani dan rohani
1) Motivasi
jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.
2)
Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.[13]
d.
Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misal; siswa mungkin
belajar mengahadapi ujian karena dia senang pada pelajaran yang diujikan.[14]
Sedangkan Syaiful B.Djamarah, menjelaskan motivasi
intrinsik adalah motif-motif yan menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakuka sesuatu. Motivasi intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi
belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai
nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak-anak didik termotivasi
untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam
pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai
yang tinggi, atau hadiah, dsb.[15]
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam
dirinya, maka ia secara akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan,
terutama belajar sendiri. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu
ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang
positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan
dan sangat berguna baik waktu sekarang maupun akan datang.
Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik
cenderung akan menadi orang yang terdidik, yang berpengatahuan, yang memiliki
kemampuan tertentu. Gemar belajar adalah akatifitas yang itidak pernah sepi
dari kegiatan anak didik yang memiliki motivasi intrinsik. Dorongan untuk
belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orag
yang terdidik dan berilmu pengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul
berdasarkan kesadaran dengan tujujan esensial, bukan sebagai atribut dan
seremonial.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk
mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik
sering dipengaruhi oleh intensif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Contoh;
siswa mungkin akan belajar keras dan giat karena menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik.[16]
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik, motivasi ekstrinsik adlah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila
anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (reside
in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena
hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya
untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dsb (Syaiful Bahri
Djamarah, 2002:117).[17]
Motivasi ekstrinsik bukan berarti tidak dibutuhkan dalam
dunia pendidikan, motivasi ini diperlukan agar anak didik mau belajar. Guru
yang pandai adalah guru yang bisa membangkitkan minat anak didik dalam belajar,
dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagi bentuknya. Motivasi
ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya, motivasi ini sering digunakan karena
bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik atau karena sikap tertentu
pada guru atau orang tua.
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
a. Motivasi sebagai Pendorong Perbuatan.
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar,
tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu
yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari
sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya
mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didik
mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk
mencari tahu tentang sesuatu.
Sikap inilah yang mendasari dan mendorong ke
arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi berfungsi sebagai
pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya dilakukan anak didik dalam
rangka belajar.
b. Motivasi sebagai Penggerak Perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak
didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian menjelma
dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas
belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk
dengan kehendak perbuatan belajar.
Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan
akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil,
dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya.
c. Motivasi sebagai Pengarah Perbuatan
Anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana
perbuatan yang harus dilakukan dan mana yang diabaikan. Seorang anak didik yang
ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tetentu, tidak mungkin
dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan
mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu.
Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan
belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar inilah sebagai pengarah yang
memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan penuh ketekunan dan
kosentrasi dalam belajar sehingga tujuan untuk mencari sesuatu yang ingin
diketahui/dimengerti itu dapat tercapai.
Segala sesuatu yang mengangu pikirannya dan dapat
membuyarkan kosentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan
motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para siswanya.
Ia harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta
menolong para siswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar.
Tiap guru berusaha memotivasi semua siswa dengan teknik
yang sama sehingga mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak.
Oleh karena itu, guru perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan
motif ini. Suatu teori menyatakan bahwa pemberian motivasi berhasil harus
berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu.
Meningkatkan
motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam
kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan mentransfer ilmu pengetahuan guru
juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita
pungkiri bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda,
untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi kepada
siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa
yang beprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal.
5. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
a. Mengajar dengan Menggunakan Pembelajaran yang Komunikatif dan Kreatif
Dalam hal ini kemampuan guru ketika menggunakan media
pembelajaran sangat penting. Proses pembelajaran tidak boleh monoton tapi harus
kreatif. Menggunakan media pembelajaran harus yang baik, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini tentunya guru haru selalu
senantiasa melakukan pengembangan diri, dengan berbagai hal seperti seminar,
maupun pelatihan-pelatihan.
b. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa
agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari
cara untuk dapat meningkatkan
motivasi.
Meningkatkan
motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam
proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah
guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
d. Memberikan Reward (Hadiah) atau Pujian
Sebuah perilaku yang dimunculkan siswa atas hasil yang
diperoleh perlu mendapatkan respon dari seorang pengajar. Respon ini biasanya
dalam bentuk reward (hadiah) kepada siswa yang menunjukkan perubahan
perilaku dalam belajar.
Hadiah
dapat menjadi motivasi belajar
yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan
hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak
menarik menurut siswa. Reward ini jangan sampai yang berlebihan, karena kalau berlebihan bisa
menimbulkan kecemburuan sosial diantara para siswa.
Apabila
ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu
diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan
memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pujian yang diberikan harus bersifat
membangun.
Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga
akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar
serta sekaligus akan membangkitkan harga diri, karena dengan pujian tersebut
siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
e. Kompetisi
Persaingan,
baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih
bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
f. Memberikan Hukuman
Selain memberikan hadiah kepada siswa, ada
kalanya seorang guru juga perlu memberikan hukuman. Namun di sini guru harus
hati-hati, usahakan hukuman yang di berikan adalah hukuman yang mendidik,
karena kalau tidak bisa-bisa motivasi belajar siswa malah menurun. Hal semacam
ini banyak sekali terjadi di lapangan, yang mana seorang guru memberikan
hukuman dengan berlebihan, akibatnya siswa semakin benci dengan guru dan
motivasi belajar-Nya menurun drastis.
g. Memberikan Nilai Secara Objektif
Sering kali kita mungkin menemui beberapa siswa yang
komplin kepada guru karena ternyata nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan
apa yang mereka inginkan padahal mereka sangat yakin selama ini sudah melakukan
yang terbaik dan berusaha melakukan belajar secara benar. Jika hal ini terjadi
biasanya minat dan motivasi belajar siswa bisa menurun yang akhirnya berdampak
pada prestasi belajar mereka.
Nilai (angka)
dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang
justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah
nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para
siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh
guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang
sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai
afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
h. Memberikan Kesempatan Siswa untuk Memperbaiki Kesalahan
Banyak kita melihat di lapangan kadang ada beberapa oknum
guru yang yang memberikan stigma buruk pada salah seorang siswa hanya gara-gara
siswa tersebut melakukan kesalahan yang entah di sengaja atau tidak menyinggung
perasaan serorang guru. Hal ini sebisa mungkin harus di hindari karena jika
tidak siswa akan mengalamai patah semangat dalam belajar.
i.
Membantu Permasalahan Siswa
Setiap siswa pasti akan senang jika ada guru yang dengan
tangan terbuka mau membantu mereka keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.
Kita sebagai guru sadar bahwa siswa pasti memiliki berbagai macam permasalahan,
baik itu masalah pribadi, sosial, karier maupun belajar. Jadi kapanpun siswa
membutuhkan kita, sebagai seorang guru kita harus siap untuk mereka.
Selain itu, guru juga harus berperan dalam membantu kesulitan peserta
didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam proses
belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk
menyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar
dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan
mempelajari materi yang telah disampaikan.
j.
Keteladanan
Keteladanan ini bisa dibilang sangat efektif
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Kebanyakan dari siswa tentu lebih
menyukai seorang guru yang terbukti memiliki motivasi di bandingkan dengan guru
yang bisanya hanya bercerita tapi belum terbukti hasilnya. Dari itulah perjalan
hidup seorang guru bisa menjadi senjata ampuh dalam meningkatkan motivasi
belajar para siswa.
6. Motivasi Belajar Bagi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Sebagian besar anak didik aktif belajar bersama dan
sebagian kecil anak didik dengan berbagai sikap dan prilaku yang terlepas dari
kegiatan belajar di kelas. Kedua kegiatan anak didik yang bertentangan ini
sebagai gambaran suasana kelas yang kurang kondusif. Guru tidak harus tinggal
diam bila ada anak didik yag tidak terlibat langsung dalam belajar bersama.
Perhatian harus lebih diarahkan kepada mereka. Usaha perbaikan harus
dilaksanakan agar mereka bergairah belajar.
Menurut De Decce
dan Grawford (1974) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang
berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak
didik, yaitu (1) guru harus dapat menggairahkan anak didik, (2) memberikan
harapan yang realistis, (3) memberikan insentif, dan (4) mengarahkan prilaku
anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Berikut adalah upaya guru dalam meningkatkan
motivasi belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar:
a. Pergunakan Pujian Verbal
Penerimaan sosial yang mengikuti suatu tingkah
laku yang diinginkan dapat menjadi alat yang cukup dapat dipercaya untuk
mengubah prestasi ke arah yang diinginkan. Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”,
”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru kepada siswa setelah selesai
mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan,
merupakan pembangkit motivasi yang besar.
b. Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai
dasar berbagai hadiah sosial menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu
kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa belajar karena ada keuntungan yang
diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai
mempunyai efek dalam memotivasi siswa untuk belajar.
c. Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada potensi yang besar
yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik
melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan siswa untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman baru merupakan desakan eksploratif dari dalam
diri siswa. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa
ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
d. Melakukan Hal yang Luar Biasa
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
guru harus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menceritakan
masalah guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka,
sehingga setelah mendengar cerita dari guru siswa akan lebih bersemangat dalam
belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Melakukan hal yang luar biasa
merupakan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar
terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
e. Merangsang Hasrat Siswa
Hasrat siswa perlu dirangsang dengan
memberikan sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan
berprestasi dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa dapat berupa
benda, pujian verbal, nilai yang baik dan lain-lain yang akan merangsang hasrat
siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
f. Memanfaatkan Apersepsi Siswa
Pengalaman siswa baik yang didapat di
lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang
menjelaskan materi pelajaran. Siswa mudah menerima dan menyerap materi
pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Bahan
apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang memudahkan untuk
menuju materi pelajaran yang baru.
g.
Minta Kepada Siswa untuk Mempergunakan Hal-hal
yang Sudah
Dipelajari Sebelumnya
Hal ini menguatkan belajar siswa dan sekaligus
menanamkan suatu penghargaan pada diri siswa, bahwa apa yang sedang
dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang akan datang.
h.
Membantu Kesulitan Belajar Peserta Didik, Baik
Secara Individual
Maupun Kelompok.
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara
memperhatikan proses dan hasil belajarnya.
Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan
metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu
dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan
mempelajari materi yang telah disampaikan.
i.
Menggunakan Metode yang Bervariasi.
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar
dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk
menyampaikan materi pada siswa.
j.
Perkecil Daya Tarik Sistem Motivasi yang
Bertentangan
Kadang agar diterima oleh teman-temannya, siswa melakukan
hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya
melibatkan ketua kelas yang berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh siswa
yang lain di kelas itu, dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili
sekolah dalam pameran ilmiah, dan sebagainya) sehingga teman-temannya akan
meniru melakukan hal-hal yang positif.
Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi
untuk bidang studi tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu
berbeda-beda, ada siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang,
dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh
guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi untuk
belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang bersumber dari luar diri siswa sangat
diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian,
hadiah, dan lain-lain. Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi
edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri,
dan ingin maju. Siswa dapat tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya menopang
keberhasilan pengajaran yang gemilang.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk
dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika
manusia. Tugas guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya
dinamika siswa dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang
belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui
pengalaman-pengalaman yang kurang baik.
Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada
motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam
mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan
merupakan kekuatan mental siswa dalam belajar.
Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus
untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang
selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan
emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa,
kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam belajar. Dari guru,
motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program dan tindak
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan motivasi
belajar.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa
jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,
hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami
oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di
setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang
berkesulitan belajar.
Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah
modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan
dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada
sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat
diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa
yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang
ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang
mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan
bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar
datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan
berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan
belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi
belajar yang memuaskan.
Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya
meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan
dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon guru sebisa
mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar
terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan
berbagai upaya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
C. PENUTUP
Secara etimologis; kata motivasi berasal dari
kata motiv, yang artinya dorongan, kehendak, alasan, atau kemauan. Maka,
motivasi adalah tenaga-tenaga (forces) yang membangkitkan dan
mengarahkan kelakuan individu. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek
yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, menguraikan,
menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah. Aktivitas siswa seperti
yang telah disebutkan apabila tidak didasari oleh motivasi belajar, maka hasil
yang diharapkan belum maksimal.
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai
kekuatan atau daya dorong yang menggerakan sekaligus mengarahkan kehendak dan
perilaku siswa untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan yang
diinginkannya.
Firman Allah swt:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
(Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang
yang menpunyai ilmu beberapa derajat).
Jenis-jenis Motivasi
1.
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya: (a) motif-motif
bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, dan (b) motif-motif yang dipelajari artinya motif yang
timbul karena dipelajari.
2. Motivasi menurut
pembagiaan dari woodworth dan marquis dalam sardiman: (a) motif
atau kebutuhan organis, (b) motif-motif darurat,
dan (c) motif-motif
objektif.
3. Motivasi
jasmani dan rohanim: (a) motivasi jasmani, dan (b) motivasi rohani.
4.
Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik: (a) motivasi
Intrinsik dan (b) motivasi Ekstrinsik
Fungsi Motivasi dalam Belajar
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Daftar Rujukan
Q.S Azzumar
: ayat 9
Q.S Almujadalah
: ayat 11
H.R Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah
Darsono,
Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama. 1984/1985. Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta; Proyek Pembinaan Prasarana dan
Sarana Perguruan Tingi Agama (IAIN).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: CV.
Sinar Baru.
McDonald, 1959. Educational Psychology. San Fransisco: Wadswerth
Publishing Company, Inc.
Shalahuddin, Mahfud. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya:
PT. Bina Ilmu
Stenberg, Robert J. & Elena L.Grigorenko. 2007. Teachin g for Succesful Intelligence. California:
Corwin Press.
http://wwhttp://kris-smile.blogspot.com/2012/05/motivasi-motivasi-belajar-fungsi.html.di
akses tanggal 23/12/13
[1] Q.S Az-zumar:
9
[2] Q.S Al-Mujadalah: 11
[3] H.R Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah
[5] Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 1991.
Hlm: 19-21
[6] Drs. Mahfud Shalahuddin. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya:
PT. Bina Ilmu. Hlm: 113-114
[7] Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama. 1984/1985. Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta; Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana
Perguruan Tingi Agama (IAIN)
[8] Jhon W. Satrock. 2008. Educational Psychology. McGraw-Hill Company,
Inc. Hlm: 510
[9] Dr.Oemar Hamalik.1992.Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung:CV. Sinar
Baru. Hlm;173.
[10] McDonald. 1959. Educational Psychology. San Fransisco: Wadswerth
Publishing Company, Inc
[11] Robert J. Stenberg & Elena L.Grigorenko. 2007. Teachin g for Succesful Intelligence. California:
Corwin Press. Hlm: 142
[12] Max Darsono.
2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press. Hlm: 68
[14] Jhon W. Satrock. Ibid.
[15] Syaiful Bahri Djamarah. Ibid.
[16] Jhon W. Satrock. ibid
[17] Syaiful Bahri Djamarah. ibid.